Mengingat Sepak Bola Gajah yang Menodai Catatan Timnas Indonesia di Piala AFF
PELANGI4D – Mengingat Sepak Bola Gajah yang Menodai Catatan Timnas Indonesia di Piala AFF
Tudingan terlibat dalam skandal pengaturan pertandingan bukan satu-satunya noda kelam dalam perjalanan Timnas Indonesia dalam ajang Piala AFF. Sebelumnya Skuad Garuda -julukan Timnas Indonesia- pernah juga tersangkut skandal dalam turnamen sepak bola antarnegara kawasan Asia Tenggara tersebut.
Skandal tersebut adalah skandal sepak bola gajah. Kejadian ini terjadi pada gelaran Piala AFF 1998, yang waktu itu masih bernama Piala Tiger.
Kejadian sepak bola gajah ini terjadi pada fase grup A. Indonesia dan Thailand -yang sama-sama ogah memuncaki klasemen grup- tak mau saling mengalahkan pada laga tersebut. Walhasil, jelang laga terakhir, seorang pemain Indonesia sengaja membobol gawang sendiri. Walhasil, Skuad Garuda bisa meraih target mereka, menghindari posisi puncak klasemen Grup A.
Berkekuatan 20 Pemain
Dalam ajang ini, Timnas Indonesia diarsiteki oleh Rusdy Bahalwan. Dalam ajang ini, salah seorang pelatih legendaris Persebaya Surabaya tersebut membawa 20 orang pemain.
Berikut 20 pemain yang dibawa dalam lawatan ke Vietnam:
Kiper: Kurnia Sandy, Hendro Kartiko
Belakang: Anang Ma’ruf, Aji Santoso, Mursyid Effendi, Hartono, Alexander Pulalo, Sugiantoro. M. Halim, Nur’alim, Khairil Anwar Ohorella, Kuncoro
Tengah: Imam Riyadi, Bima Sakti, Uston Nawawi, Jatmiko
Depan: Widodo Cahyono Putro, Yusuf Ekodono, Miro Baldo Bento, dan Kurniawan Dwi Yulianto
Tergabung di Grup A
Pada ajang ini, Timnas Indonesia langsung lolos ke fase final. Skuad Garuda lolos ke putaran final ini sebagai peringkat keempat Piala Tiger 1996.
Di fase final, Skuad Garuda tergabung di Grup A. Mereka tergabung bersama Thailand, Myanmar, dan Filipina. Thailand lolos ke fase final sebagai juara bertahan turnamen. Sementara, Myanmar dan Filipina lolos melalui jalur kualifikasi.
Grup A ini dihelat di Thong Nhat Stadium, yang berada di Ho Chi Minh City. Sementara, Grup B digelar di Hanoi Stadium.
Awal Sempurna Garuda
Indonesia mengawali langkah mereka pada ajang ini dengan sangat bagus. Menghadapi Filipina, dalam pertandingan yang digelar di Thong Nhat Stadium, 27 Agustus 1998, Skuad Garuda menang tiga gol tanpa balas.
Tiga gol Indonesia pada laga ini dicetak Widodo C Putro, Bima Sakti, dan Uston Nawawi.
Empat hari berselang, giliran Myanmar yang menjadi lawan Indonesia. Pada laga kali ini pun, Indonesia menang telak. Kali ini skornya 6-2 untuk kemenangan Skuad Garuda.
Enam gol Indonesia pada laga ini dicetak Aji Santoso, Widodo C Putro, Min Aung (bunuh diri), Bima Sakti, Miro Baldo Bento, dan Min Thu (bunuh diri). Sementara, dua gol Myanmar diborong Myo Hlaing Win.
Berebut Jadi yang Kedua
Sukses meraih kemenangan telak pada dua laga pertama mereka, Skuad Garuda menempati puncak klasemen Grup A dengan koleksi enam angka. Sementara, di posisi runner-up, ada Thailand yang mengoleksi empat poin, hasil dari sekali imbang dan sekali menang.
Namun, Timnas Indonesia justru tak mau terus menempati posisi puncak klasemen Grup A. Mereka justru ingin lolos dari fase grup dengan status sebagai runner-uo.
Alasannya? Sejauh ini ada dua versi. Mereka ingin menghindari Vietnam, yang berstatus sebagai runner-up Grup B. Versi lain menyebut mereka ingin menghadapi Singapura, yang di atas kertas dianggap lebih enteng ketimbang Vietnam.
Enggan Menang pada Laga Pamungkas Grup
Demi tak menjadi juara grup, siasat pun disusun. Salah satunya adalah dengan melepas laga terakhir agar Thailand menang.
Sialnya, Thailand pun berpikir serupa. Mereka memang hanya perlu bermain imbang untuk bisa lolos sebagai runner-up Grup A.
Pada laga yang dihelat di Thong Nhat Stadium, 31 Agustus 1998, keengganan kedua tim meraih kemenangan terlihat jelas. Ketimbang menyerbu pertahanan lawan, para pemain kedua tim terlihat lebih banyak bermain oper-operan antarmereka sendiri.
Setelah babak pertama berakhir tanpa gol, Indonesia memimpin pada menit 52 melalui Miro Baldo Bento. Namun, sepuluh menit berselang, Thailand menyamakan kedudukan melalui Kritsada Piandit.
Menit 84, Skuad Garuda kembali memimpin melalui Aji Santoso. Namun, dua menit berselang, Thailand kembali menyusul melalui Therdsak Chaiman.
Ketika laga mendekati menit akhir waktu normal, kejadian memalukan pun terjadi. Memungkasi aksi oper-mengoper rekan-rekannya, Mursyid Effendi menendang bola ke belakang, yang mengarah ke gawangnya sendiri. Kiper Indonesia pun tak bereaksi apa pun melihat bola meluncur deras ke gawangnya.
Ramai-Ramai Lepas Tangan
Kendati sukses menghindari lolos sebagai juara grup, ulah Skuad Garuda ini memantik cemooh dan kontroversi. Mereka dituding menggadaikan sportivitas dengan sengaja mencari kalah pada laga tersebut.
Dilansir dari buku ‘Jas Merah; Sisi Lain Sejarah Sepak Bola Nasional, manajer Timnas Indonesia waktu itu, Andrie Amin menegaskan tak pernah sama sekali memerintahkan anak asuhnya untuk mengalah. Ia pun mengaku kaget dengan tindakan Mursyid tersebut.
Setali tiga uang dengan Andrie Amin, pelatih Timnas Indonesia, Rusdy Bahalwan, pun mengaku tak menduga anak asuhnya bakal bertindak seperti itu. Ia pun menegaskan tak pernah ada instruksi untuk mengalah pada laga kontra Thailand.
“Dalam karier saya sebagai pelatih timnas, ini merupakan kejadian pertama kali. Kami tak pernah eminta pemain untuk mengalah melawan Thailand. Jika situasi berkembang di lapangan, itu sungguh di luar kontrol. Saya sangat malu,” tuturnya, seperti dilansir dalam buku tersebut.
Dibela Azwar Anas, Disanksi AFC
Tak hanya cemoohan, ada juga pembelaan yang diterima Timnas Indonesia terkait insiden sepak bola gajah tersebut. Pembelaan ini datang dari Ketua Umum PSSI waktu itu, Azwar Anas.
“Tak ada peraturan yang melarang kita kalah seperti itu. Saya yakin tak ada teguran dari AFC atau AFF. Saya tak menyesalkan kekalahan itu. Kalau ada sanksi, pastilah saya diberitahu terlebih dahulu oleh mereka,” kata Azwar, dilansir dari buku Jas Merah.
Namun, harapan tinggal harapan. AFC tetap menjatuhkan sanksi kepada PSSI terkait insiden tersebut. Mereka mendenda federasi sepak bola Indonesia tersebut sebesar 40 ribu dollar.
Selain itu, AFC juga menjatuhkan sanksi bagi Mursyid Effendi. Penggawa Persebaya tersebut disanksi seumur hidup tak boleh bermain sepak bola lagi. Namun, dengan sejumlah lobi, ia hanya disanksi tak bisa lagi bermain di ajang internasional.
Siasat Gagal
Indonesia memang sukses menghindari Vietnam pada Babak Semifinal. Namun, tak berarti langkah mereka ke final terbentang mulus. Sebaliknya, langkah Skuad Garuda justru terganjal.
Singapura -yang awalnya dipandang sebelah mata- sukses menghentikan laju Timnas Indonesia. Pada laga yang dihelat di Thong Nhat Stadium, 3 September 1998, mereka menaklukkan Skuad Garuda dengan skor 2-1.
Dua gol Singapura pada laga ini dicetak Rafi Ali dan Nazri Nasir. Sementara, satu-satunya gol Timnas Indonesia pada laga ini dicetak Miro Baldo Bento.
Hadiah Hiburan
Beruntung, perjalanan Indonesia pada ajang ini tidak terlalu gagal. Mereka paling tidak masih bisa menempati peringkat ketiga.
Indonesia kembali bertemu dengan Thailand pada perebutan tempat ketiga ini. Laga ini dihelat di Thong Nhat Stadium, 5 September 1998.
Berbeda dengan pertemuan sebelumnya, kali ini kedua tim tak lagi main dagelan. Mereka sama-sama ingin mencari penebusan pada laga ini.
Pada waktu normal, kedua tim bermain imbang 3-3. Tiga gol Indonesia dicetak Kurniawan Dwi Yulianto, Aji Santoso, dan Yusuf Ekodono.
Kemudian, laga berlanjut ke adu penalti. Pada babak tos-tosan ini, lima algojo Skuad Garuda -Uston Nawawi, Bima Sakti, Yusuf Ekodono, Kuncoro, dan Imam Riyadi- sukses menjalankan tugasnya dengan baik. Sementara, Hendro Kartiko sukses menggagalkan satu eksekusi penalti Thailand.
Di sisi lain, Singapura sukses mengalahkan Vietnam dan menjadi kampiun Piala Tiger 1998. Gol tunggal pada laga yang dihelat di Hanoi Stadium, 5 September 1998 tersebut dicetak oleh R. Sasikumar.