Ngebet Nikah, Mending Nabung atau Ngutang untuk Modal Resepsi?
BERITA PERISTIWA

Ngebet Nikah, Mending Nabung atau Ngutang untuk Modal Resepsi?

Ngebet Nikah, Mending Nabung atau Ngutang untuk Modal Resepsi?

PELANGILOUNGE Istilah wedding goal kerap kali membuat banyak orang berlomba-lomba untuk bisa menggelar resepsi pernikahan mewah dan mahal. Bahkan tak sedikit yang rela berutang untuk menggelar sebuah pesta pernikahan yang umumnya hanya berlangsung satu hari. 

Sebagian besar menganggap bahwa pernikahan ialah momen sakral sekali seumur hidup. Oleh karenanya haruslah digelar dan dirayakan sebaik mungkin. Tapi, apakah bijak jika berutang untuk modal resepsi pernikahan?

Baca juga : Susu Tak Selalu Bikin Cepat Tidur

“Utang modal nikah itu kan sebenarnya hanya untuk suatu event tertentu. Setelah selesai resepsi ya sudah,  kebahagiaannya di situ saja,” ungkap pelangi4d.

Dibandingkan mengutang untuk resepsi pernikahan, menurut pelangi4d yang terpenting harusnya memikirkan kehidupan rumah tangga setelahnya. Menurutnya hal itu lebih membutuhkan dana ketimbang resepsinya sendiri. 

“Artinya nikah itu sekarang yang pentingnya bukan modal perayaannya tapi justru modal untuk ke depannya, makanya daripada bayar pesta resepsi ratusan juta, mungkin resepsi kecil duitnya untuk DP rumah itu lebih make sense,”

Hanya saja ia juga sadar bahwa mayoritas masyarakat Indonesia memiliki budaya guyubatau kumpul-kumpul. Sebab itu menggelar resepsi secara terbatas menjadi tantangan tersendiri. 

“Artinya memang harus bisa ngerem juga. Nikah itu sebenarnya enggak harus mahal, itu hanya gaya hidup, just wants aja, jadi artinya tidak disarankan menikah dengan modal utang,”

Ia menyarankan akan lebih baik jika pesta pernikahan disesuaikan dengan kemampuan finansial mempelai. Ini karena menurutnya utang untuk modal perkawinan masuk kategori utang konsumtif.

“Itu utang konsumtif artinya seminim mungkin, artinya enggak usah banyak-banyak dan sesuai kemampuan,” kata dia. 

Sekalipun terpaksa untuk berutang ia menyarankan untuk menghitung sesuai dengan persentase penghasilan. Selain itu, ia menyarankan agar utang tersebut digunakan untuk item resepsi yang tidak terlalu besar. 

“Misal jangan katering, jangan mayoritas dipakai buat ngutang, kemudian kita kadang berharap dari angpao, ya kalau angpaonya tercapai, kalau enggak tercapai bagaimana? Artinya memang harus disesuaikan dengan kemampuan,”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *