BERITA KESEHATAN

BPOM Belum Ada Risiko Kesehatan Terkait Mikroplastik

PELANGI4D  – BPOM Belum Ada Risiko Kesehatan Terkait Mikroplastik Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Rita Endang menegaskan sampai saat ini belum ada risiko kesehatan terkait mikroplastik. Untuk itu masyarakat diminta agar lebih bijak dan tidak khawatir berlebihan.
Dia memastikan Badan POM berupaya optimal dalam mengawasi keamanan dan mutu obat dan makanan demi menjaga kesehatan masyarakat.

Dalam forum Sosialisasi Keamanan Kemasan Bahan Pangan Berbahan Baku Plastik yang Mengandung Unsur BPA yang digelar secara daring oleh lembaga advokasi konsumen, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia pada Rabu (6/10) lalu, dia menjelaskan mikroplastik pada dasarnya adalah unsur serpihan plastik yang tak kasat mata, ukuran satu hingga lima mikrometer.

Menurutnya mikroplastik ada pada semua unsur plastik yang mengalami degradasi alias runtuh dari badan polimer. Degradasi ini bisa terjadi karena karena perubahan suhu, gesekan dan sebagainya.

“Degradasi itu bisa terjadi pada plastik jenis PET, PC, PP,” tuturnya.

Namun, Rita menekankan fakta itu tak seharusnya membuat publik cemas. Dia menyebut organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum merekomendasikan pemantauan rutin atas kontaminasi mikroplastik dalam air kemasan. Selain itu, rapat bersama Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives juga menyebutkan mikroplastik belum perlu jadi prioritas analisis.

BPOM Belum Ada Risiko Kesehatan Terkait Mikroplastik

“Bahkan pada 2021 otoritas keamanan pangan tertinggi Eropa, European Food Safety Authority, juga menyampaikan hal yang sama. (Pemantauan rutin) mikroplastik belum menjadi prioritas,” katanya.

Diketahui, kontaminasi mikroplastik pada air minum tengah menjadi isu hangat di banyak negara, termasuk Indonesia dalam tiga tahun terakhir. Pemantiknya adalah dua laporan hasil riset uji kontaminasi mikroplastik pada air keran (tap water) dan pada air minum dalam kemasan plastik pada 2018.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), data awal seputar kontaminasi mikroplastik pada air minum dalam wadah botol plastik banyak merujuk pada hasil riset Departemen Kimia, State University of New York at Fredonia, Amerika Serikat. Dari riset itulah kemudian bermunculan banyak penelitian sejenis, berikut gunungan pertanyaan, dan juga kecemasan atas dampak kontaminasi mikroplastik dalam air minum pada tubuh manusia.

Pertama, yaitu studi dari Fredonia yang terbit pertama kali dengan judul “Synthetic Polymer Contamination in Bottled Water” di jurnal Frontier in Chemistry pada September 2018. Riset ini mencakup uji kontaminasi mikroplastik atas 11 merek air minum kemasan botol plastik di 9 negara, termasuk dari Indonesia.

Indonesia dipilih karena mempertimbangkan 4 faktor utama, yaitu keragaman, geografis, pangsa pasar air kemasan (lima yang terbesar termasuk China, Amerika, Brazil, India, Indonesia), dan tingkat konsumsi per kapita air kemasan (yang tertinggi termasuk di Lebanon, Meksiko, Thailand dan Amerika).

Khusus untuk parameter pangsa pasar air kemasan, laporan menyisipkan statistik ranking penjualan masing-masing merek di level lokal dan global. Merek besar Indonesia berwarna dominan biru disebut sebagai merek dengan angka penjualan tertinggi di Indonesia, sekaligus yang ketiga di level dunia. Dalam soal volume, penjualan merek Indonesia ini menempatkan perusahaan menginduk ke raksasa air berbasis Perancis, Danone, pada peringkat keempat dunia.

Disebutkan pula sampel air minum botol tersebut dibeli dalam berbagai ukuran dari tiga kota, yakni Medan, Bali dan Jakarta. Hasilnya ditemukan 93% dari total 259 botol sampel air minum kemasan yang diuji memiliki sejumlah tanda telah terjadi kontaminasi mikroplastik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *