Kisah Robin Hood Ole Gunnar Solskjaer Bagi Poin

Kisah Robin Hood Ole Gunnar Solskjaer Bagi Poin Untuk ” Klub Kecil ” Perkasa Lawan ” Tim Besar “

PELANGI4D – Kisah Robin Hood Ole Gunnar Solskjaer Bagi Poin Untuk ” Klub Kecil ” Perkasa Lawan ” Tim Besar “

Ole Gunnar Solskjaer bukan pelatih bagus? Masa, sih? Orang-orang bisa bicara begitu ‘hanya’ karena mereka melihat peringkat Manchester United di tabel klasemen Premier League.

Pria Norwegia itu memang belum menjadi pelatih kawakan seperti Pep Guardiola, misalnya, sosok yang reputasinya dalam merengkuh berbagai trofi bergengsi tak perlu diragukan lagi. Maklum, Solskjaer belum lama malang melintang di kompetisi top Inggris dan Eropa. Manchester United adalah klub top Eropa pertama yang dilatihnya, sejak Desember 2018. Sebelumnya, dia melatih klub Liga Norwegia, Molde (2011-2014 dan 2015-2018); dan Cardiff City yang terdegradasi dari Premier League 2013/14.

Meski begitu, jangan salah. Sepanjang musim 2019/20, Solskjaer membawa ‘Setan Merah’ tiga kali menaklukkan Manchester City asuhan pelatih asal Catalunya yang tadi disebut namanya dari empat laga di lintas ajang (satu sisanya kalah). Gak cuma itu, Solskjaer juga membimbing pasukannya untuk menjadi tim pertama yang mampu menahan imbang Liverpool di Premier League 2019/20. Itu terjadi di Old Trafford pada 20 Oktober 2019, skor akhirnya 1-1.

BEBERAPA CATATAN APIK SAAT MELATIH Manchester United

Masih ada catatan positif lain? Ada. Nih, ya, di bawah arahan Solskjaer, Anthony Martial dan kolega bisa tiga kali mengalahkan Chelsea di lintas ajang (dua kali di Premier League dan sekali di Piala Liga Inggris). Belum puas? Leicester City, Juga dipaksa pulang dengan tangan hampa usai bertamu ke Old Trafford pada pekan kelima Premier League 2019/20, 14 September 2019.

Semua tim yang tadi disebut namanya adalah tim-tim yang menghuni empat besar klasemen sementara Premier League, sebelum ditangguhkan akibat pandemi virus corona. Kini, The Red Devils sendiri bertengger di peringkat lima. Atas semua pencapaian Solskjaer itu, tidakkah dia layak disebut sebagai ‘pakar’ di pertandingan-pertandingan besar? Well, kalau Ruben Gabrielsen, sih, menyebutnya sebagai ‘penyihir’.

“Bagi saya dia luar biasa. Saya belajar banyak hal hebat tentang sepak bola dan tentang kehidupan. Dia manusia yang fantastis Dia sangat, sangat pintar. Dia memikirkan sepak bola selama 24/7 (Setiap Waktu),” ujar eks anak buah Solskjaer di Molde itu kepada Get French Football News.

“[Hampir] semua laga besar yang dia mainkan bersama United musim ini hasilnya bagus. Jadi saya pikir, mungkin saat tidak menghadapi laga besar, kadang-kadang dia bisa melakukan lebih baik. Namun di laga besar, dia ‘penyihir’,” terang bek Toulouse itu.

Nampaknya mental Solskjaer ini tampaknya sudah ada ketika dia masih jadi pemain. Dia yang sejatinya adalah ‘spesialis’ pemain pengganti di bawah bayang-bayang Dwight Yorke dan Andy Cole bisa tiba-tiba menjadi pahlawan United di final Liga Champions 1998/99.

Well, meski begitu, itu saja tidak cukup. Kalau mau membimbing Manchester United meraih trofi bergengsi, terutama Premier League, pelatih 47 tahun itu mesti bisa membawa timnya tampil konsisten, tak cuma di laga besar, juga di laga Melawan Tim medioker